Assalamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin washolatuwassalammu’ala asrofil
ambiya’i wamursalin. Wa’ala alihi wasokhbihi wassalam. Asyhadu’ala illahaillAllah
wa asyhaduanna muhammadan abduhu warosuluh . ammaba’du.
Bapak ibu jama’ah sholat isya’ yang dirahmati Allah,
pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas nikmat
yang telah diberikan kepada kita, nikmat yang begitu besar sehingga kita masih
bisa menjalankan sholat isya’ berjama’ah dan nanti dilanjutkan sholat tarawih
berjama’ah .
Tak lupa sholawat serta salam marilah kita haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. Yang telah memberikan kepada kita
tuntunan dari jaman kegelapan ke jaman terang benderang . semoga syafa’at
beliau tercurah kepada kita hingga akhir jaman kelak. Amin.
Bapak ibu jama’ah sholat isya’ yang berbahagia, pada
kesempatan waktu lalu saya pernah berbicara tentang segala nikmat yang
diberikan Allah kepada kita, nikmat iman, hidup, kesehatan, keluarga, ilmu dan
harta . dari beberapa nikmat utama tersebut itu semuanya dipercayakan atau diamanatkan
oleh Allah kepada kita, manusia. Nah karena berstatus sebagai titipan, maka
kita hanya memiliki hak pakai, bukan hak milik. Semua hak milik adalah milik Allah
sepenuhnya. Oleh karena itu kita tidak pantas kalau sampai berani memamerkan,
menyombongkan, membanggakan semua milik Allah yang ada pada kita.
Titipan Allah kepada kita bersifat sementara, pada saat nya wAllahu A’lam Allah akan mengambil
kembali sewaktu-waktu. Kita tidak pernah bisa mempertahankan apabila Allah
telah memutuskan untuk mengambil dari kita.
Nah, apakah kita menyadari akan amanat ini? Seperti dalah
firman Allah QS. An-Naml 40
yang artinya : Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al
Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku
apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang
bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia".
Dalam ayat tersebut, orang yang bersyukur adalah orang yang
menyadari bahwa semua yang diberikan Allah adalah amanat yang harus ditunaikan,
yaitu menjadi media untuk memberikan kemaslahatan kepada sesama manusia. Nah orang
yang tidak menyadari bahwa semua yang dipunyai itu merupakan amanat Allah, maka
ia adalah orang yang kufur. Orang yang kufur mengklaim bahwa kekayaan yang
dimiliki sebagai hasil kerja keras siang malam, keselamatannya diklaim sebagai
hasil dari kehati-hatiannya. Karena klaim tersebut, maka dia merasa memiliki
hak sepenuhnya terhadap apa yang ada pada dirinya dan berhak memakai sesuka
hatinya tanpa memperdulikan orang lain mendpt manfaat atau tidak.
Berusaha memang diwajibkan Allah, tanpa berusaha siapapun tdk
akan mendapankan hasil. Tetapi siapakan yang bisa menjamin bahwa setiap usaha
yang selalu berakhir dengan kesuksessan? Tdk ada yang bisa menjamin. Oleh karena
itu tuntunan islam ialah kita berusaha semaksimal mungkin kemudian kita mohon
kepada Allah untuk keberhasilan.
Jadi janganlah mengikuti sikap orang yang kufur dengan
kesombongannya menjamin semua keberhasilan, kekayaan yang dia diupayakannya. Jadilah
orang yang bersyukur, yang selalu menyadari semua keberhasilan kekayaan pada
diri kita semata-mata karena karunia Allah, semata-mata titipan Allah yang
tidak pantas untuk disombongkan.
Sadarilah bahwa sikap bersyukur akan sangat bermanfaat bagi
diri kita FAMAN SYAKARO FAINAMA YASYKURU LINAFSIHI. Sebaliknya, sikap kufur
akan merugikan kita karena akan mendapat ancaman dari Allah SWT, WALAIN
KAFARTUM INNA ‘ADZAABI LASYADIID.Oleh karena itu, marilah kita
menyukuri nikmat Allah berupa apapun yang kita miliki dengan menjadikan sebagai
alat mengabdi kepada Allah. Semoga sedikit ilmu ini bermanfaat bagi bapak ibu dan
jama’ah sekalian. Sekian dari saya kurang lebihnya mohon maaf, wasalamu’alaikum
wr.wb.
0 komentar:
Posting Komentar